makalah atau materi sejarah masuknya islam di indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia,
berbagai macam agama dan kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan
Budha telah dianut oleh masyarakat Indoesia. Bahkan pada abad 7-12 M di
beberapa wilayah Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
- Rumusan Masalah
·
Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke Indonesia.
·
Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang di Indonesia.
·
Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Indonesia setelah Islam datang.
- Tujuan
·
Untuk mengingat kembali tentang
bagaimana Islam masuk ke Indonesia.
·
Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik
·
Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu
- Manfaat
Meluruskan
dunia dari ajaran yang sesat, jahiliyah menuju jalan yang benar dan diridoi
oleh Allah SWT lewat perantara nabi Muhamad SAW agar manusia selamat dari dunia
dan ahkirat.
BAB II
LANDASAN TEORISTIS
- Masuknya Islam Ke Indonesia
Ditinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke
Indonesia melalui berbagai cara. Pada umumnya pembawa agama Islam adalah para
pedagang yang berasal dari jazirah Arab, mereka merasa berkewajiban menyiarkan
agama Islam kepada orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara
damai, tidak dengan kekerasan, peperangan ataupun paksaan.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang waktu dan
daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Indonesia, di antaranya yaitu:
1.
Drs
Juned Pariduri, berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia
melalui daerah Sumatra Utara (Tapanuli) pada abad ke-7. Kesimpulan ini
didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam Syaikh Mukaiddin di
Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
2.
Hamka,
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 M(674). Hal ini
didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang
mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi berisi emas
ditengah-tengah jalan dengan maksud untuk menguji kejujuran, keamanan dan
kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
3.
Zainal
Arifin Abbas, berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatra Utara pada abad 7
M (648). Beliau mengatakan pada waktu itu telah datang di Tiongkok seorang
pemimpin Arab Islam yang telah mempunyai pengikut di Sumatra Utara.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Pada abad
ke-13 agama Islam berkembang dengan pesat
ke seluruh Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan
batu nisan atau makam yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik)
terdapat sebuah batu berisi keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan
bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan di Samudra Pasai terdapat
makam-makam Raja Islam, di antaranya Sultan Malik as-Shaleh yang meninggal pada
tahun 676 H atau 1292 M.
Berbeda dengan pendapat di atas, dua orang sarjana
barat yaitu Prof. Gabriel Ferrand dan Prof. Paul Wheatly. Bersumber pada
keterangan para musafir dan pedagang Arab tentang Asia Tenggara, maka ke-2
sarjana tersebut bahwa agama Islam masuk ke Indonesia sejak awal ke-8 M,
langsung dibawa oleh para pedagang dan musafir Arab.
- Awal Masuknya Islam di
Indonesia
Ketika
Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan
dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di
Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke
Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada
tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
- Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia
justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari pada jalan yang sesat.Karena itu barang siapa yang ingkar
kepadaThaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhultali yang amatkuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara
lain ;
- Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang
melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah
berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra
Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari
keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang
sambil menyiarkan agama Islam.
- Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga
menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali
sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian
wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan
ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian
tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa
sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak,
seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
- Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para
da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah
keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
- Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara,
tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa,
misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
- Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
1.
Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut
di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam
adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara
yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam
yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
2.
Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa
sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini
dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa
pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan
pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang.
Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah
selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan
Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan
Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia
1. Masa Kesulthanan
Untuk melihat lebih jelas gambaran keislaman di
kesultanan atau kerajaan-kerajaan Islam akan di uraikan sebagai berikut.
Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh
kebudayaan Hindu-Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera
dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama,
sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut
agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam bentuk yang lebih murni.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja,
perkembangan Islam selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya
dengan fasilitas dan kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar
ini diwujudkan dengan adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad
Al-Banjari yang ahli dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah
berhasil pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada hukum
islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam Undang-Undang ini timbul
kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan Mahkamah Agung sekarang yang bertugas
mengontrol dan kalau perlu berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari
mahkamah biasa. Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi orang murtad,
hukum potong tangan untuk pencuri dan
mendera bagi yang kedapatan berbuat zina.
Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau jawa, maka
dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang
lainnya, serta dibangun masjid sebagai pusat pendidikan Islam.
Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah
petinggi dan penguasa kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk agama Islam serta memasukkan
syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat pun akan masuk agama tersebut dan
akan melaksanakan ajarannya. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada
di bawah kekuasaannya. Ini seperti ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika Sultan
Agung masuk Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Mataram ikut
pula masuk Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain sebagainya. Lalu
Sultan Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah
keislaman, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.
2. Masa Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang
relatif damai itu, datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian
spanyol, di susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan
kerajaan-kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk
menjalinkan hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan bagi
bangsa Indonesia.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang
ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda
lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena
Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan
Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di
Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori,
yaitu:
a. Bidang agama murni atau ibadah;
b. Bidang sosial kemasyarakatan; dan
c. Politik.
Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial
memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan
adat kebiasaan yang berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk
membatasi keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum
Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat kebiasaan.
Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam.
Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang
keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
3. Gerakan dan organisasi Islam
Akibat dari “resep
politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu, menjelang permulaan abad xx umat Islam
Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah menghadapi tiga tayangan dari
pemerintah Hindia Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik penindasan
dengan kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi.
Namun, ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk
dapat dijinakkan begitu saja. Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit
dengan menggunakan taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan
membangun organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir kekuasaan Belanda di
Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik bagi bangsa Indonesia,
sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi, dampak dari pendidikan
Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan Islam di Mesir.
Akibat dari situasi ini, timbullah
perkumpulan-perkumpulan politik baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang
sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi
Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di terima
dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh praja) ditolak dari keanggotaan itu.
Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan
putusnya hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi
Jawa dan abangan. Di kalangan santri sendiri, dengan lahirnya gerakan pembaruan
Islam dari Mesir yang mengompromikan rasionalisme Barat dengan fundamentalisme
Islam, telah menimbulkan perpecahan sehingga sejak itu dikalangan kaum muslimin
terdapat dua kubu: para cendekiawan Muslimin berpendidikan Barat, dan para
kiayi serta Ulama tradisional.
Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih
memihak kepada kaum muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka
berusaha menggunakan agama untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara
politik berikut ini yang merupakan hasil bentukan pemerintah Jepang yang
menguntungkan kaum muslimin, yaitu:
a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan
Kantor Urusan Pribumi zaman Belanda.
b. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin
Indonesia menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
c.
Hizbullah,
(Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi militer untuk pemuda-pemuda
Muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin.
- Tokoh-Tokoh Dalam
Perkembangan Islam Di Indonesia
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak
dapat dilepas dari peran aktif para ulama. Melalui merekalah Islam dapat
diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh,
tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia
sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.
2. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari
Beliau lahir di
Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia
memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba
Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh
Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub
bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.
3. Syaikh Abdussamad Al-Palimbani
Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal
dari Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia
dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang
sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul
Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.
4. Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani
Beliau lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan
kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama;
ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama
terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian
ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang lebih
tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi,
Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia
berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga
mempunyai guru utama dari Mesir.
Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak terlibat
proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga
kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung
halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap
disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.
5. Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di
pulau Jawa terdapat sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar.
Mereka dikenal dengan sebutan wali songo.
Para wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak
dari abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di
Jawa di tiga wilayah penting, yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa
Timur), Demak, Kudus dan Muria (Jawa Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama yang menjadi pembaru
masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru
seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan
hingga pemerintahan.
Adapun wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan
Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Sesungguhnya allah swt menciptakan manusai
untuk barpasang- pasangan menjadikan
umat bersuku-suku untuk adanya persatuan bangsa, dan perlu di ingat untuk
menyebarkan perkembangan umat islam di indonesia perlu waktu berangsur-angsur
lamanya dan adanya perlakuan suwenang-wenang antar sesama manusia.
Dari
pembahasan diatas dapat kami simpulkan sebagai berikut:
a. Perkembangan Islam di Indonesia adalah berkat peran
para pedagang dari Jazirah Arabia melalui jalan perdagangan, dakwah dan
perkawinan.
b. Para ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di
antaranya yaitu; Hamzah Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh
Abdussamad Al-Palimbani, Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali
songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
- Kritik dan Saran
Demikian pembahasan dari makalah saya. Saya berharap semoga pembahasan dalam makalah ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan
saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http:/www.saufudin.info/2008/12/perkembangan-islam-di-indonesia.html?m=1http:/www.saufudin.info/2008/12/perkembangan-islam-di-indonesia.html?m=1
0 komentar: